Kamis, 07 September 2017



Pada saat ini bangsa Indonesia menghadapi persoalan tentang kehidupan kesenian yang semakin tidak menentu. Banyak seniman, budayawan, dan orang orang yang antusias terhadap kesenian merasa prihatin serta mengeluh akan terjadinya kepunahan seni tradisional (Dr. Kuswarsantya dalam jurnal uny.ac.id). menjawab hal tersebut, perlu adanya upaya pelestarian terhadap tari berdasarkan proses kreatifnya, terutama untuk tari tradisi.
Pada umumnya tari tradisi banyak mengandung simbol dan nilai filosofi yang mencerminkan tingkat peradaban budaya masyarakat (Wahyudi, 2016:1). Salah satu budaya tradisi masyarakat suku tidung (ulun pagun) yang berada didaerah Provinsi Kalimantan Utara tepatnya di Kota Tarakan adalah atraksi budaya Iraw Tengkayu. Atraksi budaya Iraw Tengkayu adalah tradisi upacara adat suku tidung (ulun pagun) yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Kata iraw berarti pesta sedangkan tengkayu berarti laut.
Iraw Tengkayu adalah pesta laut, yang merupakan bagian dari budaya masyarakat suku tidung (ulun pagun) di Kota Tarakan. Atraksi budaya ini diadakan setiap dua tahun sekali (tahun ganjil) masuk dalam  kalender  wisata  Pemerintah Kota Tarakan. Lokasi atraksi budaya ini berada di pantai amal lama. Dalam proses perjalanannya atraksi budaya iraw tengkayu mengalami penyesuaian terhadap agama islam, hal ini dikarenakan islam merupakan agama kepercayaan dari suku tidung (ulun pagun). Dalam acara tersebut terdapat sebuah perahu yang disebut padaw tuju dulung yang berarti perahu tujuh haluan, puncak atraksi budaya ini berupa penurunan padaw tuju dulung.
Atraksi Budaya Iraw Tengkayu meraih penghargaan pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2016, dan meraih juara pertama untuk katagori atraksi budaya terpopuler (Most Populer Cultural Attraction) yaitu Anugerah yang digelar Kementrian Pariwisata di Jakarta.
Atraksi budaya ini selalu menampilkan pertunjukan tari yang disajikan sebelum  penurunan  padaw  tuju  dulung di lakukan.  Tari yang di sajikan adalah berbentuk tari masal yang di tata bersumber dari seni dan budaya suku tidung (ulun pagun). Pemerintah mempercayakan penggarapan tari masal kepada Sanggar Budaya Tradisional Pagun Taka dengan melibatkan pelajar SMA dan SMK se Kota Tarakan. Pendukung tari berjumlah kurang lebih dua ratus penari dengan mengambil dasar gerak kesenian jepin ,dan joged melayu tidung. Penari-penari ini sangat memukau seluruh  masyarakat di kota Tarakan yang menontonnya karena bentuk penyajiannya  yang sangat bagus dan istimewa.
Pada atraksi budaya tahun 2015 disajikan tari dengan tiga bagian, pertama di sajikan tari Betetuyang yang berarti berayun-ayunan tari ini bersumber dari permainan anak-anak, ide dari tarian ini adalah hubunngan manusia dengan manusia, kemudian bagian yang kedua tari Tulud Pempulu yang berarti terbang burung yang bersumber dari kesenian jepin, ide dari tarian ini adalah hubungan manusia dengan manusia, dan yang ketiga adalah tari Kadandiyu yang berasal dari kata tekadan mendiyu yang bersumber dari seni kelintangan, ide dari tarian ini merupakan hubungan manusia dengan spritualnya.
Kata Kadandiyu berasal dari bahasa daerah suku tidung (ulun pagun) yakni tekadan menjiu yang berarti kedapatan mandi. Tari Kadandiyu merupakan salah satu tari kreasi baru yang diciptakan oleh seorang seniman tradisional Kota Tarakan yaitu H. Datu Norbeck, SH. Tari ini terdiri dari tiga bagian komposisi tari, bagian pertama pembukaan atau intro, kedua isi dari tarian, ketiga penutup.
Ide dari tarian ini adalah hubungan manusia dengan spritual  dimana mengangkat keyakinan masyarakat suku tidung (ulun pagun) jaman dahulu yang dapat berkomunikasi dengan hal gaib, yaitu manusia yang memiliki kemampuan dapat melihat roh halus yang tidak bisa di lihat dengan kasat mata.
Tari ini ditarikan oleh dua belas penari putri dengan menggunakan kostum dua warna yakni kuning tua dan muda dengan menggunkan musik pengiring berasal dari seni kelintangan suku tidung (ulun pagun), sedangkan geraknya di imitasi dari wanita suku tidung (ulun pagun) dengan meniru gerak berjalan dan memainkan selendangnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai tari tersebut, yaitu tentang proses kreatif penciptaan tari Kadandiyu karya H. Datu Norbeck, SH


Tidak ada komentar:

Posting Komentar